ARTICLE AD BOX
Masing-masing tim, membuat video proses olahan makanan yang akan disajikan. Selanjutnya video tersebut dikirim ke panitia lomba nasional. Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng Gede Supriatna, Sabtu (19/4) di kawasan Pantai Penimbangan mengatakan, bubur mengguh dipilih karena salah satu kuliner khas Buleleng.
Olahan pangan lokal ini juga memenuhi poin utama yakni murah meriah dan bergizi. Bubur mengguh yang biasa menggunakan beras sebagai bahan utama, dikreasikan dan diganti dengan sorgum. Selain sebagai salah satu bagian dalam lambang Kota Singaraja, sorgum juga memiliki kandungan gizi yang bagus dan dikenal sebagai sumber karbohidrat rendah gula.
Selain itu, dalam bubur mengguh juga dibubuhkan sejumlah sayur mayur seperti tauge, kacang panjang, bayam, tahu dan kacang merah goreng. Selain itu juga ditambahkan ikan cakalang dan bumbu lengkap (genep) Bali, yang menambah cita rasa makanan khas daerah. Seluruh bahan yang diperlukan digodok dalam satu panci sampai matang dan siap untuk dinikmati.
“Bahan-bahannya disesuaikan dengan potensi di Buleleng, sehingga mudah dicari. Bahan yang ada di campuran buburnya juga cukup lengkap ada kandungan karbohidrat, protein dan berbagai vitamin yang terkandung dalam sayuran. Olahan makanan ini juga bisa membantu pencegahan kasus stunting,” imbuh Supriatna yang juga Wakil Bupati Buleleng ini.
Sementara itu, bahan utama yang diganti dengan sorgum, salah satu upaya menggelorakan olahan pangan non beras, untuk mendukung ketahanan pangan. Upaya budidaya sorgum tidak hanya dikembangkan pemerintah melalui lahan-lahan percontohan, juga dilakukan massif oleh Banteng Muda Indonesia (BMI) sebagai sayap partai, beberapa tahun lalu.
“BMI Buleleng sempat menanam sorgum secara massif di lahan-lahan kurang produktif di Buleleng. Nanti akan kami upayakan untuk menanam lagi sebagai usaha produksi bahan pangan pendamping beras sesuai instruksi partai, bisa juga dengan jagung atau ketela,” tutur politisi asal Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.7 k23