ARTICLE AD BOX
Karya Ogoh-Ogoh yang dikerjakan dengan anggaran Rp25 juta hingga Rp30 juta ini menampilkan satu tokoh utama serta seekor babi sebagai tambahan elemen visual. Kadek Adi Ratama alias Dek Bracuk, selaku arsitek Ogoh-Ogoh, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian tersebut.
"Astungkara, karya sederhana ini bisa meraih juara pertama tingkat kecamatan dan berkesempatan dipajang di Alun-alun Kota Gianyar. Ini hasil kerja keras kami berbulan-bulan, dari pengerjaan saat pengerupukan hingga April ini," ujar Kadek Adi Ratama.
Perjalanan dari Banjar Pengaji ke Alun-Alun Kota Gianyar sendiri bukan tanpa tantangan. Jarak sekitar 25 kilometer ditempuh berjam-jam, melewati kabel listrik yang membentang, pepohonan, serta cuaca yang tidak menentu.
Tema Sang Bhuta Dungulan diangkat dengan makna mendalam. Menurut Kadek Adi, Bhuta Dungulan mewakili sifat-sifat negatif manusia seperti marah, ego, dan kurang kesadaran yang biasanya muncul menjelang Hari Raya Galungan. "Ogoh-Ogoh ini menggambarkan salah satu aspek Sang Kala Tiga, serta ditambah dengan seekor babi, melambangkan sifat malas dan rakus yang harus dikalahkan saat prosesi Penampahan Galungan," jelasnya.
Melalui visualisasi ini, ST Purwa Kanthi berharap masyarakat semakin memahami filosofi pengendalian diri menjelang hari suci Galungan.
Kadek Adi juga menyampaikan harapannya untuk Kabupaten Gianyar ke depan. "Semoga Gianyar semakin unggul di sektor seni, budaya, dan pariwisata. Kami juga berharap ada perhatian lebih untuk kreativitas Ogoh-Ogoh, seperti bantuan dana atau konsumsi untuk setiap ST," ujarnya.
Dalam lomba tahun ini, ia menilai ciri khas Ogoh-Ogoh Gianyar tetap kuat, terutama dalam aspek anatomi atau detail tubuh. "Meskipun tidak semegah karya-karya di Badung atau Denpasar, kekuatan Gianyar ada di anatomi Ogoh-Ogoh yang detail dan menjadi daya tarik tersendiri," pungkasnya di Alun-Alun Gianyar pada Rabu (16/4/2025) lalu. *m03