Program TNI Manunggal Masuk Desa di Desa Depeha, Kubutambahan, Buleleng

10 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
SINGARAJA, NusaBali 
Suasana pagi di Banjar Dinas Seganti, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, terasa berbeda dari biasanya. Deru mesin alat berat bercampur dengan riuh suara prajurit TNI dari Kodim 1609/Buleleng dan warga desa bahu-membahu. Ada yang mengaduk semen, mengangkat batu, atau mengatur cetakan lapisan beton. Bukan semata pekerjaan biasa, tapi gotong royong penuh harapan dalam Program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-124.

Program ini mewujudkan harapan lama warga desa setempat menjadi nyata, yakni membangun jalan yang menjadi tulang punggung bagi aktivitas ratusan warga Desa Depeha. Program tersebut disambut dengan sukacita oleh warga.

Jalan yang dulunya hanya setapak sempit dan terjal, kini dibuka lebar hingga 6 meter, dengan badan jalan dipadatkan beton selebar 4 meter. Sebelum sentuhan TMMD hadir, jalan sepanjang hampir 1,5 kilometer yang menghubungkan dua desa, Desa Depeha dan Desa Bukti, ini menyimpan cerita perjuangan tersendiri bagi warga.

Ni Ketut Pahami, warga Banjar Dinas Seganti, Desa Depeha, menceritakan betapa sulitnya akses jalan tersebut. Jalan terjal di tengah kontur perbukitan ini menjadi satu-satunya akses dia dan warga lainnya untuk beraktivitas sehari-hari. Warga tak punya pilihan jalan lain, untuk menuju kebun ataupun mengantar anak-anak mereka ke sekolah.

Program TMMD ke-124 di Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Salah satu kegiatan tersebut adalah membangun infrastruktur jalan desa. –IST 

“Jalan ini menjadi satu-satunya akses lalu lalang kami sebagai warga. Mulai dari nyabit, belanja ke pasar, ke banjar, antar anak sekolah seperti saya. Jauh saya jalan kaki, dan susah sekali. Medannya terjal,” tutur ibu empat anak ini saat ditemui awal Mei lalu di kediamannya.

Rumah Pahami tepat berada di sisi jalan. Bagi warga seperti dia, jalan yang sedang dibangun ini adalah harapan baru. Dia bersyukur setelah sekian lama, jalan setapak tersebut akhirnya dipermak menjadi lebih layak. Perempuan berusia 57 tahun itu membayangkan betapa mudahnya nanti mengangkut hasil kebun tanpa harus lagi memanggulnya di kepala. 

“Jalan ini juga digunakan untuk mengangkut hasil tani. Biasanya, diangkut di kepala dengan jalan kaki. Sekarang dengan perbaikan, jalan sudah bisa dilalui dengan kendaraan motor,” ungkapnya.

Gambaran serupa dilontarkan warga lainnya bernama Nyoman Redika. Baginya, jalan ini adalah jalur tercepat untuk berbagai keperluan. Jalan yang sedang dibangun ini tak hanya mempermudah akses ke desa di bawahnya yakni Desa Bukti. Namun juga menjadi jalur tercepat menuju jalan raya untuk mencapai kota.

“Dulu jalan ini sempit dan curam, kami harus berhati-hati sekali kalau lewat, apalagi musim hujan,” ucap pria 69 tahun ini. 

Di sepanjang jalur yang tengah dibangun, terlihat jelas bagaimana medan yang dulunya sulit kini perlahan berubah. Batu-batu besar yang menghalangi telah disingkirkan. Permukaan tanah yang terjal mulai rata tertutup lapisan beton.

Sebagai petani, Redika kerap menjual hasil panennya ke luar desa. Jalan ini adalah akses tercepat untuk mengangkut hasil pertanian. “Dulu terasa berat, sekarang lebih ringan. Jalan sudah dilebarkan, kami lebih terbantu untuk membawa hasil panen,” lanjutnya.

Kelian Banjar Dinas Seganti, Desa Depeha, Gede Tunjung Sutra Adnyana, menyebutkan bahwa pembangunan jalan ini sangat vital. Selain sebagai jalur kegiatan perekonomian warga, jalan ini juga merupakan akses kegiatan keagamaan. “Jalan ini menghubungkan desa kami ke Desa Bukti. Selain itu, kami juga sering ke sana untuk persembahyangan di Pura Sang Jero,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa kondisi jalan ini memang menjadi perhatian utama warga. Apalagi di sepanjang jalur ini dihuni hingga sekitar 300 kepala keluarga (KK). “Awal kondisi jalan ini dulunya belum pernah dapat bantuan. Masyarakat swadaya memperbaiki dengan patungan. Jalan ini jadi kebutuhan yang paling mendesak,” tandas Adnyana.

Sementara itu, Danrem 163/Wira Satya Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra menyampaikan bahwa salah satu fokus TMMD kali ini adalah untuk membangun infrastruktur desa. “Dengan pembangunan jalan ini, kami berharap ekonomi masyarakat meningkat. Hasil pertanian seperti mangga dari Depeha bisa lebih mudah didistribusikan,” ujarnya. 

Desa Depeha memang terkenal sebagai penghasil mangga berkualitas di Buleleng. Selama ini, sulitnya akses menjadi salah satu kendala distribusi kurang optimal. Kini, dengan pembangunan jalur yang lebih layak, diharapkan mempermudah warga membawa hasil panennya.

“Dengan pembuatan jalan yang menghubungkan satu desa dengan yang lain, akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Harapannya sentra produksi mangga bisa mengalir ke tempat yang diharapkan, sehingga ekonomi masyarakat bisa terwujud,” tutur Brigjen Dewa Agung. 7 mzk
Read Entire Article