ARTICLE AD BOX
Kebetulan SMP di bawah Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (YPLP PGRI) tersebut berada di lingkungan kampung halaman politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut. Politisi yang akrab disapa Bro Oka ini lahir dan besar di Banjar Kaja, Kelurahan Panjer.
“Pada prinsipnya, apapun bentuknya, setiap kekerasan yang terjadi apalagi itu di lingkungan sekolah merupakan satu hal yang sangat kita sayangkan,” ujar Bro Oka kepada NusaBali.com di sela acara pemuda adat di Banjar Kaja, Panjer, Sabtu (10/5/2025).
Bro Oka yang juga berlatar pendidikan di disiplin hukum ini mengaku belum mengetahui secara pasti duduk masalah dari kasus yang viral di media sosial, Jumat (9/5/2025) ini. Namun, aksi kekerasan tetaplah kekerasan yang tidak dapat dibenarkan.
Kata politisi jebolan doktor Hukum Pertanahan, Universitas Diponegoro ini, sekolah merupakan lingkungan pendidikan. Setiap permasalahan di lingkungan intelektual tersebut hendaknya diselesaikan dengan mengedepankan kecerdasan emosional.
“Sebagai lingkungan pendidikan, selain mengasah kecerdasan knowledge (pengetahuan) anak-anak, sekolah juga harus melatih kecerdasan emosional dalam menyelesaikan persoalan,” tegas Bro Oka yang juga Wakil Ketua DPW PSI Bali ini.
Meski begitu, Bro Oka menilai peristiwa kekerasan antarpelajar ini harus ditangani secara bijak lantaran melibatkan anak-anak di bawah umur. Terlebih lagi, Denpasar menyandang Kota Layak Anak (KLA) 2023 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang harus dijaga.
“Ini tugas bersama untuk bersama-sama mencegah supaya peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Rumah, sekolah, masyarakat, pemerintahan, adat, dan lain sebagainya menjadi pilar penting mengedukasi anak-anak kita,” imbuh Bro Oka yang juga ayah dari seorang putri ini.
Bro Oka berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan musyawarah, meskipun ia tahu peristiwa kekerasan antarpelajar ini memiliki unsur pidana. Namun karena pelaku dan korbannya adalah anak-anak di bawah umur, ia berharap mediasi atau restorative justice lebih diutamakan.
“Sebisa mungkin pendekatan restoratif itu bisa digunakan untuk penyelesaian persoalan ini. Sehingga, si anak di dalam pergaulannya nanti di sekolah bisa kembali berjalan utuh tanpa ada gap-gap yang bisa menimbulkan kembali permasalahan,” tandas Bro Oka.
Sebelumnya, viral di media sosial terjadi dugaan perundungan di SMP PGRI 7 Denpasar (Sigris). Informasi ini bermula dari unggahan akun Facebook Kadek Bagiari yang menarasikan terjadi perundungan terhadap putrinya, Jumat.
Kadek Bagiari mengunggah foto-foto anak perempuan berpakaian endek sekolah dengan luka dan memar di bagian bibir, pipi, dan telinga. Baju endek yang dikenakan pun sobek di salah satu bagian bahu. Belakangan, diketahui pakaian endek tersebut merupakan seragam Sigris.
“Begini anak anak sekarang, kalau ini tidak tiak di tindak lanjuti saya akan bertidak tegas, selalu di buli disekolah karna gak punya bpk, di kroyok di bilang anak yatim saya masih bisa terima tapi kalau sudah main kekerasan, rambut di Jambak di pukul, mulut sampe berdarah seperti ini saya siap akan tidak lanjuti anak ini walaupun tidak punya bapak masih ada seorang ibu yg akan selalu ada dan siap melindungi,” tulis Kadek Bagiari.
Unggahan yang bermula di Facebook ini lantas ramai diunggah ulang di Instagram. Dugaan perundungan ini pun menyita perhatian warganet. *rat
“Pada prinsipnya, apapun bentuknya, setiap kekerasan yang terjadi apalagi itu di lingkungan sekolah merupakan satu hal yang sangat kita sayangkan,” ujar Bro Oka kepada NusaBali.com di sela acara pemuda adat di Banjar Kaja, Panjer, Sabtu (10/5/2025).
Bro Oka yang juga berlatar pendidikan di disiplin hukum ini mengaku belum mengetahui secara pasti duduk masalah dari kasus yang viral di media sosial, Jumat (9/5/2025) ini. Namun, aksi kekerasan tetaplah kekerasan yang tidak dapat dibenarkan.
Kata politisi jebolan doktor Hukum Pertanahan, Universitas Diponegoro ini, sekolah merupakan lingkungan pendidikan. Setiap permasalahan di lingkungan intelektual tersebut hendaknya diselesaikan dengan mengedepankan kecerdasan emosional.
“Sebagai lingkungan pendidikan, selain mengasah kecerdasan knowledge (pengetahuan) anak-anak, sekolah juga harus melatih kecerdasan emosional dalam menyelesaikan persoalan,” tegas Bro Oka yang juga Wakil Ketua DPW PSI Bali ini.
Meski begitu, Bro Oka menilai peristiwa kekerasan antarpelajar ini harus ditangani secara bijak lantaran melibatkan anak-anak di bawah umur. Terlebih lagi, Denpasar menyandang Kota Layak Anak (KLA) 2023 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang harus dijaga.
“Ini tugas bersama untuk bersama-sama mencegah supaya peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Rumah, sekolah, masyarakat, pemerintahan, adat, dan lain sebagainya menjadi pilar penting mengedukasi anak-anak kita,” imbuh Bro Oka yang juga ayah dari seorang putri ini.
Bro Oka berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan musyawarah, meskipun ia tahu peristiwa kekerasan antarpelajar ini memiliki unsur pidana. Namun karena pelaku dan korbannya adalah anak-anak di bawah umur, ia berharap mediasi atau restorative justice lebih diutamakan.
“Sebisa mungkin pendekatan restoratif itu bisa digunakan untuk penyelesaian persoalan ini. Sehingga, si anak di dalam pergaulannya nanti di sekolah bisa kembali berjalan utuh tanpa ada gap-gap yang bisa menimbulkan kembali permasalahan,” tandas Bro Oka.
Sebelumnya, viral di media sosial terjadi dugaan perundungan di SMP PGRI 7 Denpasar (Sigris). Informasi ini bermula dari unggahan akun Facebook Kadek Bagiari yang menarasikan terjadi perundungan terhadap putrinya, Jumat.
Kadek Bagiari mengunggah foto-foto anak perempuan berpakaian endek sekolah dengan luka dan memar di bagian bibir, pipi, dan telinga. Baju endek yang dikenakan pun sobek di salah satu bagian bahu. Belakangan, diketahui pakaian endek tersebut merupakan seragam Sigris.
“Begini anak anak sekarang, kalau ini tidak tiak di tindak lanjuti saya akan bertidak tegas, selalu di buli disekolah karna gak punya bpk, di kroyok di bilang anak yatim saya masih bisa terima tapi kalau sudah main kekerasan, rambut di Jambak di pukul, mulut sampe berdarah seperti ini saya siap akan tidak lanjuti anak ini walaupun tidak punya bapak masih ada seorang ibu yg akan selalu ada dan siap melindungi,” tulis Kadek Bagiari.
Unggahan yang bermula di Facebook ini lantas ramai diunggah ulang di Instagram. Dugaan perundungan ini pun menyita perhatian warganet. *rat